Tumpang
Sari
Merupakan sesuatu yang sudah umum tetapi mekanisme dan penerapanya Masih bersifat sederhana dan belum dikelola secara optimal. Berbagai macam tanaman pokok atau tanaman komoditi pangan bisa dibuat sistim Tumpang Sari. Mulai kacang-kacangan, kedelai, jagung, padi, ataupun palawija yang lainnya. Banyak kendala misalnya tentang hama yang menyerang tanaman Tumpang Sari beragam jenisnya mulai kutu,ulat,kepik, walangsangit dan hama penggerek lainya yang menyebabkan para petani enggan untuk melakukan tanaman secara Tumpang Sari.
Merupakan sesuatu yang sudah umum tetapi mekanisme dan penerapanya Masih bersifat sederhana dan belum dikelola secara optimal. Berbagai macam tanaman pokok atau tanaman komoditi pangan bisa dibuat sistim Tumpang Sari. Mulai kacang-kacangan, kedelai, jagung, padi, ataupun palawija yang lainnya. Banyak kendala misalnya tentang hama yang menyerang tanaman Tumpang Sari beragam jenisnya mulai kutu,ulat,kepik, walangsangit dan hama penggerek lainya yang menyebabkan para petani enggan untuk melakukan tanaman secara Tumpang Sari.
Apakah Tumpang Sari?
Tumpang Sari merupakan suatu mengenai tanaman campuran (polyculture)
yang merupa perpaduan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan
tanam yang sama dalam waktu yang bersamaan pula atau hamper bersamaan. Secara umum Tumpang Sari yang dilakukan adalah
penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya
yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Atau dalam hal ini dikenal sebagai double-cropping.
Suatu tanaman
perkebunan besar atau tanaman
kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau belum
produktif Tumpang Sari dapat pula
dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur). Pertanaman semacam ini
biasanya dikenal sebagai tumpang
sela (intercropping). Misalnya tanaman Jagung atau
kedelai yang biasanya di tanaman sela yang dipilih. Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana
tani. Begitu juga banyak
konsep yang dikembangkan seperti konsep yang
diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai mina
tani.
Manfaat Tumpang
Sari
Penanaman Tumpang
Sari bisa dimaksimalkan dibandingkan
pola monokultur karena Hasil panen pada Tumpang Sari pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan
usia panen dan jenis tanaman berbeda, petani mendapat hasil jual tanaman Tumpang Sari yang saling diuntungkan
atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan resiko kerugian dapat
ditekan karena terbagi pada setiap tanaman. Mengapa? karena sistim Tumpang Sari jika tanaman yang satu harga jualnya rendah akan
tertutup kerugiannya dengan hasil jual tanaman yang lainnya.
Penggunaan pupuk majemuk
dalam Tumpang Sari lebih
menguntungkan karena lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan pemakaiannya
sekali. Namun sistem teknologi model Tumpang
Sari masih sedikit orang yang
melaksanakannya.
Mengapa petani enggan menggunakan teknologi Tupang Sari?
Alasan yang klasik mengapa petani tidak mau melaksanakan
teknologi Tumpang Sari karena hasil
yang didapat tidak maksimal karena terdiri dari dua atau tiga jenis tanaman. Waktu
panen pada tanaman Tumpang Sari tidak bisa bersamaan karena dari jenis tanaman
Tumpang Sari berbeda, tidak mungkin akan menuai
bersama-sama. Tenaga yang di pakai pada tanaman Tumpang Sari terlalu banyak dan tidak bisa satu kali jalan. Perawatan
yang berbeda antara jenis tanaman yang satu dengan yang lain dan sekarung alas
an mengapa petani tidak bertumpangsari.
Apa yang perlu diterapkan pada petani secara Tumpang Sari?
Dengan berbagai alasan tersebut petani enggan
melaksanakan teknologi Tumpang Sari padahal tanaman Tumpang Sari seperti yang
dijelaskan diatas tadi sangat menguntungkan. Agar petani bergerak untuk
berteknologi Tumpang Sari memang
perlu adanya penyuluhan secara intensif oleh pihak terkait terutama dinas
pertanian setempat.
Kerja sama dan saling bersinergi antara petani dengan pemegang
kebijakan agar para petani mau melaksanakan teknologi Tumpang Sari diantaranya adalah penataan lahan yang memungkinkan
bisa digunakan untuk bertanam secara Tumpang
Sari misalnya lahan tegalan yang biasanya digunakan di percantik dan diolah
sesuai dengan teknologi Tumpang Sari.
Kalau menggunakan lahan sawah kemungkinan besar para petani akan bertanam secara Tumpang Sari pada musim tanam kedua.
Lahan sawah kurang efektif digunakan untuk
pola Tumpang Sari kalaupun bisa hanya sebagai selingan saja. Tetapi
tidak secara intensif. Selanjutnya adalah pengunaan metode tanam pada Tumpang Sari perlu diperhatikan. Misalnya pada waktu musim tanam
padi, tanaman apa yang cocok untuk digunakan sebagai tanaman penyela contohnya
jagung dan kedelai atau kacang hijau dan kedelai,yang perlu di aplikasikan pada
tanaman Tumpang Sari. Sementara ini belum
ada kejelasan dari pihak terkait, petani dibiarkan menanam sesuka hatinya. Sehingga
peredaran hama susah dikendalikan.
Teknologi Tumpang
Sari perlu dikembangkan dengan metode yang mudah diaplikasikan sesuai
dengan jenis lahan kalau lahan tegalan bisa digunakan untuk semua jenis
tanaman. Tetapi kalau lahan sawah, pada tanam ke dua bisa diaplikasikan dengan
kedelai dan jagung atau kedelai dengan budidaya kangkung darat yang nilai
jualnya relative menguntungkan. Tetapi kalau semua petani menanam semacam hal
tersebut maka harga bisa turun drastic, karena tidak ada patokan harga yang
diberikan. Yang membuat harga adalah para tengkulak. Lagi-lagi petani merasa
merugi karena belum ada koperasi yang bisa menampung hasil para petani secara
optimal.
Dari sekian uraian diatas semoga bisa
menginspirasi bagi para pembaca untuk mengaplikasikan teknologi Tumpang Sari dilahan masing-masing. Sehingga
dengan menanam secara Tumpang Sari bisa bertambah penghasilan dan bertambah
sukses dalam bertani.Selamat dan semoga sukses dengan bertanam secara Tumpang Sari.
0 Komentar untuk "Teknologi TUMPANG SARI"