Tips Cara Bertani

Mengapa Program Pajale Kurang Diminati Petani?


Mengapa program pajale kurang diminati petani? 
Semangat para petani di era sekarang sangat menurun karena semua komoditi yang umumnya dihasilkan petani tidak menggebirakan khususnya pajale (padi jagung kedelai) Efek samping dari berbagai kenaikan bahan bakar minyak yang tidak menentu berkontribusi untuk menurunkan daya saing produk yang dihasilkan para petani khususnya petani pajale. Di era kegelisahan para petani pemerintah meluncurkan dengan semangat program pajale yaitu program pembudiyaan padi, jagung dan kedelai. Alasan pemerintah menggelontorkan program tersebut kemungkinan dikarenakan pasokan ketiga komoditi tersebut mengalami kemerosotan dibanding dengan 4-5 tahun yang lalu sehingga program pajale kini digalakkan.

http://mansurindotani.blogspot.com/2015/06/pajale.html

Apakah program pajale?

Program pajale (padi, jagung, kedelai) diharapkan bisa membangkitkan petani di daerah-daerah yang merupakan daerah petani musiman. Dimana petani pajale nantinya bisa berkontribusi dengan menanam padi jagung dan kedelai. Yang mana setelah menanam padi dan setelah panen usai bisa ditanami jagung atau ditanami kedelai. Atau setelah tanam padi lahan bisa ditanami kedelai., setelah kedelai dipanen bisa ditanami jagung.

Bagi petani yang lahan garapannya beririgasi tentunya bisa secara intensif menanam ketiga komoditi tersebut atau bahkan tidak mau dengan program pajale karena mereka lebih senang dengan menanam komoditi padi kembali bahkan sampai tiga kali dalam setahun mereka bisa menanam padi.

Tetapi bagi petani yang lahannya mengandalkan tadah hujan bisa dipastikan program pajale susah diterapkan. Pajale mungkin hanya bisa diterapkan pada paja atau pale yaitu setelah menanam padi petani kemungkinan hanya menanam jagung atau setelah usai panen padi petani kemungkinan hanya menanam kedeleai. Ini memang pilihan yang dilematis bagi petani.

Petani yang lahannya merupakan lahan tadah hujan tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti program pajale karena petani sekarang juga pakai hitung-hitungan dari pada bunting dikemudian lebih baik menanam sesuai dengan tanaman leluhur mereka. Program yang baru sangat rentan terhadap penolakan. Bahkan program pajale tidak akan digubris oleh petani kalau dipaksakan.

Petani menghitung berapa rupiah yang mereka keluarkan untuk menyelesaikan tahapan dalam mencapai puncak panen. Apalagi belum kalau ada serangan hama yang sangat merugikan. Sehingga petani sangat dominan dalam menanam hanya satu komoditas. Kalaupun bisa di rubah memerlukan energy yang tidak sedikit, dan propek kedepannya jelas. Kadang setelah petani mengikuti program pajale dan sudah mendekati musim panen seakan akan ada pembiaran oleh pemberi program pajale.

Menjelang panen raya yang berkutat pajale seperti panen raya jagung harga merangkak turun, bahkan sampai level yang tidak menguntungkan. Karena tidak ada standar harga yang ditetapka oleh pihak pemberi program pajale. Harga diserahlan oleh tengkulak. Benar memamang ada standar haraga yang ditetapkan tetapi yang bermain adalah para tengkulak dan pemberi program pajale seakan tutup mata.

Para petani lebih selektif dalam menanam komoditas  karena musim yang sudah bisa ditentukan. Program pajale memerlukan estimasi musim. Kalau musim hujan dimulai bulan akhir oktober maka mulai tanam padi awal bulan Nopember dan selang 3,5 bulan mereka berkutat dan merawat padi hingga panen. Diperlukan waktu 15 hari untuk menyelesaikan panen mereka sehingga mereka butuh waktu 4 bulan dalam menyelesaikan.
Kalau dalam rentan 4 bulan berarti sudah masuk bulan maret untuk mulai tanam komoditas kedua kalau cuaca menguntungkan bisa ditanami padi lagi tetapi kalu cuaca tidak bersahabat maka para petani pajale hanya akan menanam kedelai atau jagung, tetapi kebanyakan yang lahan sawah biasanya lebih senang menanam kedelai disamping perawatanya mudah hasilnya juga lumayan.

Mereka yang punya lahan sawah akan menanam kedelai karena kalau  ditanami jagung disamping pewawatan dan pemupukan yang membutuhkan biaya tinggi, harga jualnya juga relative rendah, disamping itu akar tanaman jagung sangat susah dihancurkan. Sehingga pada waktu masuk musim tanam padi tiba sangat merepotkan dalam pengolahan lahan, sehingga program pajale hanya bisa dilaksanan pale dan sedikit yang melakuakan pale .
Ironis memang pemilik barang tidak bisa menentukan harga barangnya sendiri khususnya pajale. Selama ini yang terjadi di bumi kita. Mengapa hal itu bisa terjadi ? para petani ditempatkan sebagai produsen yang dikebiri, yang tidak bisa  membuatatau menentukan harga barangnya sendiri. Tetapi kalau pabrik rokok, atau perlengkapan lainnya mereka dengan seenaknya bisa menaikkan dan mengeruk keuntungan dari barang yang mereka jual.

Apa yang disiapkan pemerintah dalam menyukseskan program pajale?

Pajale yang digelontorkan pemerintah sebenarnya harus diimbangi dengan mekanisme yang bisa diterima dan menguntungkan petani serta bagaimana program pajale bisa diterima dengan baik oleh petani. Infrastruktur untuk menunjang suksesnya pajale juga harus diperhatikan. Infrastrutur tersebut seperti saluran air dan tempat penampungan air (embung) perlu diadakan. Bibit, saprodi dan perlindungan harga pasca panen juga perlu perhatian. Selain itu petugas lapangan yang merupakan instruktur petani juga harus disiapkan. Kadang instruktur malah lebih tidak paham dari petani sehingga para petani enggan untuk mendatangi sekolah lapang yang di adakan.

Semoga kita optimis dengan Program PAJALE 2015 yang digelontorkan pemerintah seiring dengan merosotnya minat petani terhadap komoditi pangan khususnya jagung yang petani merasa enggan untuk menanamnya.




Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di BERTANI CERIA
0 Komentar untuk "Mengapa Program Pajale Kurang Diminati Petani? "